Jangan Kungkung Kreativitas Siswa dengan Tema Sempit

Beberapa waktu lalu setelah beberapa hari masuk sekolah sehabis liburan,keponakan saya yang baru kelas 3 SD dengan ‘bangganya’ memamerkan tugas yang ia peroleh dari guru Bahasa Indonesia. Tugas yang diberikan adalah mengarang dengan tema liburan ke rumah nenek di kampung tema ‘wajib’ yang sudah turun-temurun diwariskan dari satu generasi ke generasi beikutnya, tema yang tak lekang ditelan jaman, dan tema yang paling ‘gampang’ ditugaskan.

Benarkah tema liburan ke rumah nenek di kampung adalah tema yang paling gampang diterjemahkan ke dalam sebuah karangan pendek anak SD? Sepintas memang anggapan demikian benar. Akan tetapi saya jadi teringat tulisan seorang pengarang terkenal saat saya duduk di bangku SMP, kebetulan saya lupa siapa nama pengarang tersebut. Dia menceritakan betapa sedihnya bila sudah ditugaskan mengarang dengan tema liburan ke rumah nenek. Bagaimana tidak? Rumah neneknya hanya berjarak beberapa meter dari kamarnya, bahkan cuma terhalang lemari, alias dia dengan neneknya tinggal satu rumah, begitu pula bila mendapat ‘tema wajib’ yang lain, yaitu tamasya ke kebun binatang, alangkah bingungnya karena setiap hari minggu atau libur sekolah, ayahnya sudah memberikan tugas wajib yang tidak bisa ditolaknya, yaitu menjaga warung yang menempel di depan rumahnya. Tamasya yang menyenangkan ke kebun binatang atau berlibur bersenang-senang ke rumah nenek di kampung hanya ada di ruang-ruang mimpinya.

Jadi, jangan biarkan apa yang dialami oleh sang pengarang terkenal tersebut, yang mungkin pernah kita alami juga, terulang kembali pada anak-anak generasi cyber sekarang. Biarkanlah anak-anak yang imajinasinya sangat kuat dan luas berkembang sebebas-bebasnya tanpa dikungkung oleh tema-tema sempit yang membatasi pikiran-pikirannya yang terkadang bisa menembus ruang dan menjelajahi dunia angan yang maha luas. (gt)